Senangnyaberbahasa.blogspot.com -  Hai sobat pembaca, sebelumnya kita sudah membahas tentang pengertian dan jenis-jenis prosa. Kali ini kita akan lanjut pembahasan tentang prosa, yaitu mengenai unsur pembangun karya prosa, berikut pembahasannya:

Di dalam karya prosa (khususnya cerita fiksi) terkandung berbagai unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik. Unsur-unsur itu adalah sbb :

(a)Tema

        Tema ialah pokok persoalan yang diangkat sebagai bingkai cerita.Dalam karya-karya yang tebal seperti novel dan roman, di samping terdapat tema sentral juga terdapat sub-subtema atau sub-sub persoalan yang terjalinsedemikian rupa sehingga membentuk tema yang lebih besar.

(b)Amanat

        Amanat disebut juga pesan, nasihat atau misi. Di samping amanat/nasihat/pesan/misi sentral, karya yang baik pada umumnya bermuatan nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang perlu diteladani dari sudut pandang moral, kemanusiaan (humanisme), budaya,ataupun secara religius/agama.

(c)Latar

     Latar atau seting ialah gambaran tempat, waktu, dan suasana, serta keadaan sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya yang dipakai sebagai pijakan bagi berlangsungnya suatu kisah/peristiwa.

(d)Sudut pandang

        Sudut pandang ialah cara penulis menempatkan diri dalam bercerita/berkisah.
Jika penulis terlibat dalam cerita, berarti ia mengunakan sudut pandang orang pertama. Dalam hal ini ia dapat berperan sebagai pelaku utama, dapat pula sebagai pelaku sampingan.

     Jika penulis hanya menceritakan pihak lain dan dirinya tidak terlibat sama sekali dalam cerita, berarti ia menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dalam hal ini ia bisa bertindak sebagai orang di luar cerita, artinya hanya menceritakan hal-hal yang tampak saja, ia hanya sebagaipengamat. Namun, dapat juga ia sebagai orang yang serba tahu, artinya ia mengetahui kata hati dan jalan pikiran para pelaku.

       Di samping itu ada juga cerita yang pelakunya juga bercerita dengan sudut pandang masing-masing tokoh/pelaku.

(e)Tokoh, karakter, dan karakterisasi:

        Dalam cerita selalu ada tokoh/pelaku yang dikisahkan, apakah diri penulis sendiri, ataupun orang lain. Bahkan tidak jarang penulis berkisah dengan mengambil pelaku binatang, tumbuhan, boneka atau makhluk rekaan lainnya. Pelaku-pelaku dalam cerita pada umumnya memiliki karakter/watak yang khas untuk mendukung jalannya alur hingga membentuk konflik yang alamiah (tidak dibuat-buat). Strategi untuk menampilkan watak pelaku secara garis besar ada dua, yaitu: secara analitis: penulis secara langsung mendeskripsikan atau menceritakan watak pelaku.

        Secara dramatis: penulis menggambarkan watak pelaku secara tidak langsung melalui dialog, atau reaksi pelaku lain terhadapnya.

(f)Alur/plot

        Alur atau plot ialah jalinan peristiwa yang sambung-menyambung membentuk kisah atau jalan cerita. Pembentukan alur dapat dilakukan dengan cara analitis (pengisahan langsung), dapat juga secara dramatis melalui dialog dan adegan/peristiwa. Alur dapat dibentuk dengan urutan peristiwa secara alamiah sehingga membentuk alur maju, dapat pula dengan sorot balik (flash back), dan campuran antara alur maju dan sorot balik.

        Dalam cerita yang panjang di samping terdapat alur utama, sering terdapat alur-alur-cabang yang disebut digresi. Rangkaian peristiwa yang membentuk alur secara garis besar dapat dibagi menjadi tahap-tahap alur: pemaparan, perumitan, konflik, klimaks, dan penyelesaian. Penyelesaian yang membahagiakan disebut happy ending,dan penyelesaian menyedihkan disebut sad ending.

        Ciri alur yang baik antara lain: terus-menerus menimbulkan tanda tanya, sulit ditebak, sering ada kejutan (surprise), menimbulkan ketegangan, dan alami (tidak dibuat-buat, dan rasional).

(g) Gaya bahasa

     Gaya bahasa merupakan ciri atau kekhasan kebahasaan yang digunakan,oleh penulis yang mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, pemakaian ungkapan, pemakaian, peribahasa/bidal/pepatah, pemakaian/pembentukan majas, pemakaian bahasa slank /dialek, dan sebagainya.

(h) Pada jenis prosa tertentu dapat kita temukan adanya rima dan ritma sepertihalnya puisi. Prosa demikian disebut prosa berirama atau prosa lirik.

        Pada dasarnya unsur-unsur intrinsik di atas tidak dapat berdiri sendiri-sendiri atau dipisah-pisahkan satu dengan yang lain karena unsur-unsur tersebut menyatu dalam sebuah cerita prosa. Dalam batas tertentu unsur-unsur tersebut dapat kita identifikasi keberadaannya di dalam nukilan-nukilan yang relatif pendek karena kadang-kadang pada suatu bagian, unsur yang satu lebih menonjol daripada yang lain.




REFRENSI

Maskurun, dkk. 2009. Bahasa indonesia III untuk SMK Tataran Unggul. Yogyakarta: LP2IP